niEn

yesTerDay is hiStorY tomoRow is miSterY todaY is giFt

Tuesday, May 16, 2006

jurus jitu jadi penulis

wah..aku dapet artikel buagus neh. OK Pren, klo kamu suka nulis n' sapa tau pengen jadi penulis...coba deh simak artikel berikut...

JURUS JITU JADI PENULIS
Helvy Tiana Rosa
disampaikan dalam Gebyar FLP 2005
Komaba - Tokyo, 3 Desember

Saya suka sekali mengatakan ini: menulis itu sama dengan bermain kungfu! Lho, apa hubungannya? Ya, kita tak akan pernah bisa bermain kungfu bila hanya menontonnya di bioskop dan televisi. Ibaratnya sampai botak sariawan kita pelototi Jet Li setiap hari, kita nggak akan bisa kungfu juga, apalagi sampai taraf mahir. Lalu bagaimana caranya? Tentu saja kita harus latihan kungfu dan agar mahir, kita harus berlatih sungguh-sungguh. Contoh yang lain, bisakah anda menjadi perenang andal tanpa pernah menyemplungkan diri hingga basah? Tentu tidak, begitu pula dengan menulis. Untuk bisa menjadi penulis, syarat utama tentu Anda harus menulis!

Banyak orang berkata: “Saya ingin jadi penulis! Sumpah!” Tetapi mereka malas membaca, malas untuk mulai menulis. Sampai kapan pun mereka tak akan jadi penulis. Padahal menulis adalah salah satu bentuk komunikasi dan refleksi kecendekiaan seseorang yang dibutuhkan dalam perkembangan orang itu sendiri dan masyarakatnya. Menurut James Peannebaker, menulis bisa menjadi terapi diri atau bahasa awamnya: menghilangkan stress! Dan menurut Abdurahman Faiz, menulis bisa menolong orang lain!
Lantas adakah kiat praktis untuk jadi penulis? Tentu ada!

1: Suka membaca
Membaca dan menulis mempunyai kaitan yang erat sekali. Untuk bisa menulis dibutuhkan wawasan yang memadai. Wawasan kita akan berkembang terutama bila kita banyak membaca. Muhammad Iqbal menganjurkan kepada pemuda-pemudi Pakistan, agar dalam seminggu minimal membaca lima buku. Bukan hanya membaca buku yang mereka minati atau sesuai dengan bidang yang mereka tekuni, tetapi juga membaca buku lain— di luar minat dan bidang mereka. Ini belum termasuk koran dan majalah lho! Tak ada ruginya pula menyempatkan waktu membaca karya para pengarang ternama serta mempelajari apa kelebihan buku ciptaan mereka.

O ya, membaca yang saya maksud di berarti membaca apa saja, bukan hanya buku. Membaca diri, lingkungan, semesta, akan membantu Anda jadi penulis yang peka.

2: Mencintai bahasa
Kita tak bisa lepas dari bahasa sepanjang hari selama hidup kita. Kerap kali, kadar intelektual seseorang diukur dari cara ia menggunakan bahasa. Jadi mengapa kita tak mencoba senantiasa mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik? Bahkan tahukah anda, ternyata menyenangkan juga membuka-buka KUBI (kamus Umum Bahasa Indonesia). Di sana masih banyak kata yang jarang digunakan, padahal cukup indah dan bisa kita pakai untuk tulisan kita.

3: Menulis catatan harian
Mempunyai catatan harian dan menuliskan apa yang kita pikirkan, kita rasakan atau kita alami setiap hari di dalamnya menjadi latihan yang efektif bagi mereka yang ingin menjadi penulis. Bukan itu saja, siapa tahu kelak anda menjadi orang terkenal dan catatan harian anda dibukukan seperti Anne Frank! Sekarang bahkan anda bisa menulis catatan harian anda di blog, multiply, dan website pribadi anda. Mengapa tak memulainya?

4: Korespondensi
Sama dengan catatan harian, korespondensi juga menjadi latihan yang baik dan efektif. Kita akan terbiasa bercerita atau menuliskan gagasan yang mungkin akan didukung atau dibantah oleh ‘sahabat pena’ kita. Mau tidak mau hal tersebut membuat kita terpacu untuk lebih meningkatkan wawasan agar nyambung dengannya. Nah kalau merasa menulis surat via pos sekarang sudah tidak masanya, kita tetap bisa mengembangkan korespondensi ini melalui surat elektronik (e-mail). O ya, satu hal. Dulu saya selalu bertanya-tanya, mengapa Kartini begitu berarti bagi negeri ini, hingga hari kelahirannya diperingati setiap 21 April? Apa yang membuat dia lebih istimewa dari Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Rasuna Said atau Christina Martha Tiahahu? Apakah karena peran Kartini bagi pendidikan dan kebangkitan perempuan Indonesia? Saya kok ragu. Nama-nama yang saya sebut barusan juga tak kalah hebat. Lalu apa dong sebabnya? Baru kemudian saya tahu: salah satunya pasti karena Kartini menuliskan pikiran dan perjuangannya! Sedang pahlawan perempuan yang saya kagumi dan sebut namanya tadi, tidak. Meski hanya bermaksud korespondensi, akhirnya surat-surat Kartini bisa terbit dalam bentuk buku.

5: Latihan deskripsi dan imajinasi
Cobalah deskripsikan kamar Anda secara detil melalui tulisan. Mudahkah? Latihlah terus kemahiran itu dengan “melukiskan” ruangan, alam terbuka, orang, benda-benda sekitar dan lain sebagainya. Lalu kembangkan imajinasi Anda. Saat anda melihat nenek tua menatap anda dari balik jendela rumahnya, anda bisa mulai bertanya-tanya dan menerka banyak kemungkinan. Siapa dia? Apa yang dia inginkan dari anda? Bahagiakah hidupnya? Apa ia punya rahasia masa lalu yang tragis? Kalau anda tulis, pertanyaan-pertanyaan itu akan menjelma jalinan cerpen atau novel deh!

6: Hobi meneliti dan berdiskusi
Menulis bukan melulu persoalan ketrampilan berbahasa. Tulisan bisa menjadi lebih berkualitas dengan penelitian. Penelitian sering membuat tulisan kita lebih ‘kaya,’ unik dan cerdas. Begitu pula dengan diskusi. Seringkali kita temukan hal-hal baru usai kita berdiskusi. Kita pun bisa berlatih untuk mencoba menuliskan kembali apa saja yang kita diskusikan dengan teman kita, misalnya. Dan tiba-tiba, seperti habis membaca banyak buku, kita akan merasa semakin ‘kaya.’

7. Publikasikan karya Anda!
Banyak orang merasa malu dan ragu mempublikasikan karya mereka di media massa dengan alasan baru pemula atau takut karyanya dikritik sebagai karya yang tak bermutu. Akhirnya karya-karya tersebut hanya ditumpuk dalam laci atau disimpan dalam folder entah sampai kapan. Cobalah untuk lebih pede mengirimkannya, tapi tetap dengan mental yang siap bila karya itu tak dimuat. Kadang kita selalu merasa karya yang kita tulis itu buruk, amit-amit lah pokoknya. Tapi bisa jadi pembaca justru merasa sebaliknya. Boleh juga kita minta beberapa teman dekat yang senang mengapresiasi untuk membaca karya tersebut sebelum kita kirimkan— kalau memang belum terlalu pede untuk langsung mengirimkan setelah kita menuliskannya. Nah agar bisa cepat menerbitkan buku, salah satu caranya adalah dengan meminta semacam kata pengantar dari penulis atau pengamat sastra terkemuka, misalnya. Atau paling tidak meminta semacam endorsmen (komentar di belakang buku). Penerbit yang kita tuju pun menjadi lebih yakin pada kita.

Monday, May 08, 2006

gRow oLd...

dJogja, 5 mei 06

saat kuberanjak smakin tua..
kumulai merasa sisa hidupku yang semakin menipis
dan aku pun masih galau dengan apa yang sudah kulakukan dan kuperbuat sampai saat ini
apakah usia ini hanya akan merambat..bertambah dan bertambah dalam nominal angka, sementara aku sendiri smakin renta dengan harapan.

Maafkan aku Tuhan...
Aku sadar sepenuhnya tak pernah sekalipun Kau hitung apapun yang tlah Kau berikan untukku. Namun betapa piciknya aku karna selalu kuhitung nikmat (dlm versiku)..dan..selalu kurang...dan kurang...dan kurang....
Baiklah...ijinkan paling tidak satu kesempatan lagi untuk ku berjalan lagi menuju nominal yang baru. Dan aku ingin terus mendaur semangat hidupku..hingga harapanku tak akan pernah renta.
Bantulah aku membuka butanya mata hatiku...yang tak bisa menatap bahwa hidup ini adalah ‘hidup’...betapa indahnya. Bantulah aku mengerti bahwa apa yang kuhujatkan belum tentu yang terburuk bagiku...dan apapun yang kuagungkan belum tentu yang terbaik untukku.
Dan campur tanganMu slalu kuharapkan dalam setiap detil langkahku. Agar aku yakin bahwa aku tak sendiri...
Terima kasih Tuhan...untuk hadirku sampai detik ini...juga untuk 5 mei yang tlah kulewati dan menjadi hari paling kutunggu, untuk memastikan ijin hidup dariMu...


Thank’s 4 luv n care...all my friend....