jurus jitu jadi penulis
wah..aku dapet artikel buagus neh. OK Pren, klo kamu suka nulis n' sapa tau pengen jadi penulis...coba deh simak artikel berikut...
JURUS JITU JADI PENULIS
Helvy Tiana Rosa
disampaikan dalam Gebyar FLP 2005
Komaba -
Saya suka sekali mengatakan ini: menulis itu sama dengan bermain kungfu! Lho, apa hubungannya? Ya, kita tak akan pernah bisa bermain kungfu bila hanya menontonnya di bioskop dan televisi. Ibaratnya sampai botak sariawan kita pelototi Jet Li setiap hari, kita nggak akan bisa kungfu juga, apalagi sampai taraf mahir. Lalu bagaimana caranya? Tentu saja kita harus latihan kungfu dan agar mahir, kita harus berlatih sungguh-sungguh. Contoh yang lain, bisakah anda menjadi perenang andal tanpa pernah menyemplungkan diri hingga basah? Tentu tidak, begitu pula dengan menulis. Untuk bisa menjadi penulis, syarat utama tentu Anda harus menulis!
Banyak orang berkata: “Saya ingin jadi penulis! Sumpah!” Tetapi mereka malas membaca, malas untuk mulai menulis. Sampai kapan pun mereka tak akan jadi penulis. Padahal menulis adalah salah satu bentuk komunikasi dan refleksi kecendekiaan seseorang yang dibutuhkan dalam perkembangan orang itu sendiri dan masyarakatnya. Menurut James Peannebaker, menulis bisa menjadi terapi diri atau bahasa awamnya: menghilangkan stress! Dan menurut Abdurahman Faiz, menulis bisa menolong orang lain!
Lantas adakah kiat praktis untuk jadi penulis? Tentu ada!
1: Suka membaca
Membaca dan menulis mempunyai kaitan yang erat sekali. Untuk bisa menulis dibutuhkan wawasan yang memadai. Wawasan kita akan berkembang terutama bila kita banyak membaca. Muhammad Iqbal menganjurkan kepada pemuda-pemudi
O ya, membaca yang saya maksud di berarti membaca apa saja, bukan hanya buku. Membaca diri, lingkungan, semesta, akan membantu Anda jadi penulis yang peka.
2: Mencintai bahasa
Kita tak bisa lepas dari bahasa sepanjang hari selama hidup kita. Kerap kali, kadar intelektual seseorang diukur dari cara ia menggunakan bahasa. Jadi mengapa kita tak mencoba senantiasa mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik? Bahkan tahukah anda, ternyata menyenangkan juga membuka-buka KUBI (kamus Umum Bahasa Indonesia). Di
3: Menulis catatan harian
Mempunyai catatan harian dan menuliskan apa yang kita pikirkan, kita rasakan atau kita alami setiap hari di dalamnya menjadi latihan yang efektif bagi mereka yang ingin menjadi penulis. Bukan itu saja, siapa tahu kelak anda menjadi orang terkenal dan catatan harian anda dibukukan seperti Anne Frank! Sekarang bahkan anda bisa menulis catatan harian anda di blog, multiply, dan website pribadi anda. Mengapa tak memulainya?
4: Korespondensi
Sama dengan catatan harian, korespondensi juga menjadi latihan yang baik dan efektif. Kita akan terbiasa bercerita atau menuliskan gagasan yang mungkin akan didukung atau dibantah oleh ‘sahabat pena’ kita. Mau tidak mau hal tersebut membuat kita terpacu untuk lebih meningkatkan wawasan agar nyambung dengannya. Nah kalau merasa menulis
5: Latihan deskripsi dan imajinasi
Cobalah deskripsikan kamar Anda secara detil melalui tulisan. Mudahkah? Latihlah terus kemahiran itu dengan “melukiskan” ruangan, alam terbuka, orang, benda-benda sekitar dan lain sebagainya. Lalu kembangkan imajinasi Anda. Saat anda melihat nenek tua menatap anda dari balik jendela rumahnya, anda bisa mulai bertanya-tanya dan menerka banyak kemungkinan. Siapa dia? Apa yang dia inginkan dari anda? Bahagiakah hidupnya? Apa ia punya rahasia masa lalu yang tragis? Kalau anda tulis, pertanyaan-pertanyaan itu akan menjelma jalinan cerpen atau novel deh!
6: Hobi meneliti dan berdiskusi
Menulis bukan melulu persoalan ketrampilan berbahasa. Tulisan bisa menjadi lebih berkualitas dengan penelitian. Penelitian sering membuat tulisan kita lebih ‘kaya,’ unik dan cerdas. Begitu pula dengan diskusi. Seringkali kita temukan hal-hal baru usai kita berdiskusi. Kita pun bisa berlatih untuk mencoba menuliskan kembali apa saja yang kita diskusikan dengan teman kita, misalnya. Dan tiba-tiba, seperti habis membaca banyak buku, kita akan merasa semakin ‘kaya.’
7. Publikasikan karya Anda!
Banyak orang merasa malu dan ragu mempublikasikan karya mereka di media